, (Ronggo.id) – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Jawa Timur menyinggung sejarah kelam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Tuban tahun 2006 silam.

Hal itu disampaikan Komisioner , Divisi SDM dan Organisasi Nur Elya Anggraeni saat ditanya soal potensi kerawanan jelang Pemilu 2024, Selasa (12/9/2023).

Ely mengungkapkan, bahwa potensi kerawanan di tiap daerah berbeda-beda. Tetapi yang menjadi fokus pengawasan, yaitu money politik, netralitas birokrasi, TNI, Polri serta isu Sara.

“Itu yang menjadi fokus pengawasan kita di Pemilu 2024,” beber mantan jurnalis itu.

Ely menyatakan, potensi kerawanan lain yang perlu diwaspadai, ialah konflik relasi sosial, terlebih di Kabupaten Tuban yang memiliki sejarah kelam dalam kontestasi Pilkada yang berlangsung pada April 2006.

“Kalau di Tuban kita punya sejarah Pilkada yang kurang menyenangkan di tahun 2006,” bebernya.

Supaya tak lagi terulang, kata Ely, perlu mengedepankan upaya pencegahan melalui pendekatan terhadap stakholder terkait. Kemudian memberikan edukasi serta merangkul masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, dan elit politik lokal.

“Kita rangkul semua dan memberikan pemahaman bahwa Pilkada dan Pemilu ini adalah dinamika biasa 5 tahunan soal peralihan kepemimpinan yang harus dilaksanakan secara sehat dan damai,” katanya.

Kilas Balik Tahun 2006

Diketahui Pilkada atau Pemilihan tahun 2006 terjadi duel antara pasangan Noor Nahar Hussein – Go Tjong Ping melawan pasangan – Lilik Soehardjono.

Kubu Nonstop sebutan pasangan duet Noor Nahar Hussein – Go Tjong Ping yang diusung PDIP dan PKB meruap suara 48,26 persen. Sedangkan incumbent Haeny – Lilik (Heli) yang dijagokan Partai Golkar berhasil unggul tipis dengan suara 51,74 persen.

Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, diduga karena tak puas dengan hasil perhitungan suara, ribuan massa lantas menggelar aksi turun jalan untuk menuntut agar Pilkada diulang.

Belakangan, aksi unjuk rasa tersebut berakhir ricuh hingga terjadi pengerusakan Kantor KPU dan Pendopo Tuban. Bahkan kediaman pribadi Haeny juga tak luput dari amukan massa.

Tak hanya rumah, sejumlah properti milik orang tua Aditya Halindra Faridzky itu turut jadi sasaran, seperti Hotel Mustika, Gudang 99 serta kendaraan. (Ibn/Jun).