– Puluhan pekerja seni geruduk kantor Pemerintah Kabupaten () Tuban, tolak perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Mereka menuntut pemerintah untuk memberikan ijin kepada pekerja seni agar bisa bekerja di dunia hiburan. Kamis (19/08/2021)

Dalam aksi tersebut, ditanggapi oleh Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Tuban, Sulistiyadi mengatakan, telah mendengar dan mengamati apa yang disampaikan pekerja seni.

“Memang benar begitu adanya, di juga sudah turun level 3. Namun, aturan ini dari pusat, sehingga kami dari Kabupaten dan Provinsi hanya mengikuti,” ungkap Sulistiyadi didepan pendemo.

Para saat menggelar aksi demo didepan gedung

Menurut Sulistiyadi, terkait kegiatan hiburan sangat menimbulkan kerumunan dan hal itu sudah tercantum dalam aturan PPKM. Tak hanya itu, pariwisata juga ditutup.

“Hajatan diperbolehkan tetapi dibatasi hanya 20 personil saja,” ungkapnya.

Sulistiyadi juga mengimbuhkan, terkait hiburan yang diperbolehkan hanya di daerah tertentu seperti , Semarang dan Bogor.

“Kalau kegiatan diluar gedung hanya olahraga saja yang diperbolehkan,” kata Kadin .

Lebih lanjut, pihaknya pada hari ini telah menyiapkan rapat bersama tim Satgas mengundang para pekerja seni pukul 13.00. Namun mereka lebih dulu melakukan aksi di depan .

“Kami mohon maaf atas nama pemerintah Kabupaten Tuban, kami juga sudah mendengarkan, berdoa saja semoga PPKM ini segera menurun,” ucap Sulistiyadi.

Sementara itu, Edi Ronggo Korlap aksi langsung memberikan pertanyaan terkait dengan apa yang disampaikan Sulistiyadi dihadapan para pendemo.

“Mohon maaf pak Sulistiyadi, pertanyaan kami apabila seniman tidak bisa berkarya karena dibatasi maksimal 4 orang, lantas ibu Waranggono ini bagaimana? sedangkan, yang kami inginkan tidak seperti itu,” kata Edi.

Bahkan Edi juga meminta untuk diberikan ruang meskipun acara hiburan tersebut berlangsung pada siang hari. Edi berjanji akan patuh terhadap protokol kesehatan jika diberikan ijin.

“Pak di saja diperbolehkan, kenapa Kabupaten Tuban tidak mampu?,” tanya Edi.

Masih kata dia, pekerja seni pada akhirnya saling berbenturan karena merasa ada kesenjangan sosial, ada yang mendapatkan ijin dan ada yang tidak.

Edi bersama pekerja seni lainnya berharap, seni tradisi yang sudah turun menurun dari sekian tahun harus selalu dilestarikan.

“Kami sudah menderita pak, ibu-ibu (sambil menunjuk sindir tayub) butuh biaya untuk anaknya sekolah. Jadi tolong pak nuraninya dibuka. Saya akan nurut kepada pak Sulistiyadi yaitu bapaknya para seniman, jadi tolong pak,” harapnya

Edi Ronggo sampai berlutut di kaki Kepala Dinas Pariwisata Kebudayaan dan Olahraga (Disparbudpora) Tuban, Sulistyadi dan meminta ijin agar para seniman diberikan kesempatan menggelar pentas, meski dengan ketat protokol kesehatan untuk dapat menyambung kehidupan mereka.