TUBAN – Air merupakan kebutuhan dasar manusia, baik untuk minum, mandi, mencuci dan lainnya. Apapun akan dilakukan oleh masyarakat untuk mendapatkan air. Meski dengan menguras isi dompet.
Di Kabupaten Tuban banyak sumber mata air yang bisa dimanfaatkan masyarakat, namun berbeda dengan daerah perbukitan yang tinggi dengan kondisi air yang kurang. Banyak pengusaha maupun pemerintah yang mengebor sumber air untuk mencukupi kebutuhan masyarakat.
Seperti halnya di Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding, Pemerintah Desa membuat berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan air warganya dengan membuat Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (Hippam). Namun, jika air yang digadang-gadang dapat mencukupi kebutuhan masyarakat tidak sesuai harapan, sehingga membuat mereka kecewa.
Hippam Sumber Lancar Desa Bektiharjo yang dikelola oleh pemerintah setempat banyak dikeluhkan masyarakat. Pasalnya, warga yang terlanjur memasang meteran jaringan baru seharga Rp 1.000.000 tersebut tidak sesuai yang diharapkan.
Hal itu dialami oleh Damar (64), warga Dusun Bogor, Desa Bektiharjo, pemasangan meteran baru miliknya seringkali tidak keluar airnya. Kendati sudah mengeluarkan biaya sebesar Rp 1.000.000, airnya juga tidak lancar. Bahkan tagihan air dalam setiap bulannya bisa mencapai Rp 70.000 hingga Rp 120.000.
“Air ini keluarnya juga malam hari, itupun kecil. Kadang tiga hari tidak keluar airnya. Beruntung kita punya tandon, jadi terkadang masih tertolong air tandon,” ungkap Mbok Damar saat ditemui dirumahnya, Selasa (31/8/2021).
Kasus serupa juga dialami oleh Tampi (54), warga Dusun Tlogopule, Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding yang juga turut memasang meteran baru dari Hippam Sumber Lancar.
Ia mengaku bahwa, beberapa hari setelah pemasangan meteran baru dengan harga Rp 1.500.000, airnya keluar sangat kecil dan beberapa bulan berikutnya justru macet dan tidak keluar air sama sekali.
“Dari awal memasang air ikut hippam itu, airnya juga kecil. Beberapa bulan kemudian langsung hilang dan tidak keluar sama sekali, ” terang Tampil.
Warga sempat mengadu hingga melakukan protes lantaran air tak kunjung keluar. Akan tetapi, pihak Hippam Sumber Lancar tidak memberikan respon. Anehnya, meski air tidak keluar, petugas Hippam tersebut masih mendatangi dan melakukan penagihan penggunaan air.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga terpaksa mengeluarkan biaya sendiri dengan membeli air menggunakan tangki berisi 5 ribu liter dengan harga Rp 85.000.
“Warga ini kesal karena air tak keluar, sehingga pipa saluran air Hippam ke kampung diputus menggunakan sabit. Wong tidak keluar, kadang masih ada petugas yang datang menagih uang penggunaan air,” tutupnya.
Sementara itu, hingga berita ini diterbitkan, Kepala Desa Bektiharjo, Sumarlip saat dikonfirmasi Ronggo.id melalui pesan singkat belum merespon.