, (Ronggo.id) – Dua di Kecamatan , bersama 4 desa lain di menyandang predikat sebagai Desa Devisa. Peresmian dan pengukuhan dilakukan langsung oleh didampingi pejabat dari Lembaga Pembiayaan Ekspor (LPEI), Selasa (1/11/2022) lalu.

Adalah Desa Margorejo dan Desa Kedungrejo, yang merupakan desa Pengrajin Batik Tulis dan Kain Tenun Gedog.

Pengrajin batik dan tenun gedok asal Desa Margorejo, Nanik Hari Ningsih mengungkapkan, predikat sebagai Desa Devisa telah melalui proses kurasi yang dilakukan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) selama beberapa bulan. Atas capaian tersebut, ia pun mengaku bersyukur dan bangga.

“Tim LPEI melihat proses awal sampai akhir dalam kita memproduksi batik tulis dan tenun gedog. Dari tanam kapas sendiri, membuat benang, sampai proses menenun dan membatik,” ungkap Nanik, Jumat (18/11/2022).

Dikatakan oleh Nanik, tempat usahanya yang diberi nama Melati Mekar Mandiri, dalam sebulan bisa menghasilkan 400 potong gedog polos putih, untuk disetor ke eksportir selanjutnya dipasarkan ke luar negeri. Bahkan, gedog polos buatanya banyak dipesan untuk diekspor ke Jepang sebagai bahan dasar kimono.

Sementara, lanjut Nanik, selain menjual produk buatanya di Galeri miliknya, juga kerap dipasarkan melalui pameran diberbagai kota, “Alhamdulillah, kami aktif ikut pameran, dan laris manis,” kata perempuan yang sudah menekuni batik tulis tenun gedok sejak 1998 itu.

Nanik menceritakan, dua tahun terakhir, saat diterpa badai , usahanya sempat terpuruk, karena pesanan turun drastis, begitupun dengan pengrajin yang lain. Akan tetapi berbekal semangat serta berhasilnya Desa Kedungrejo menjadi Desa Devisa, membuatnya kembali bangkit.

Dengan predikat sebagai Desa Devisa, Nanik berharap, desa kelahirannya bisa lebih berkembang, dan batik tulis tenun gedog dapat merajai pasar Indonesia hingga manca negara.

“Kita semangat kembali, karena niat kita selain untuk kesejahteraan, juga misi untuk melestarikan tenun ini bersama masyarakat,” tandasnya.

Sebelumnya, menjelaskan, tujuan utama Desa Devisa adalah untuk mengekskalasi market produk lokal untuk bisa masuk ke pasar ekspor. Yang mana, dalam program ini juga disediakan mentor-mentor ahli yang akan mendampingi pelaku usaha untuk bisa meningkat daya saingnya hingga produknya laku di pasar ekspor.

Sehingga, Program Desa Devisa disebutnya sebagai bentuk nyata bahwa pemberdayaan masyarakat, utamanya untuk ekspor bisa dimulai dari lini mana saja.

“Melalui Program Desa Devisa ini, bisa kita petakan dan prioritaskan wilayah yang memiliki produk unggulan sejenis, atau produk complementer. Sehingga dapat saling memperkuat dan menguatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” terangnya.

Ke depan, Gubernur Khofifah berharap, kuota Desa Devisa di Jatim dari LPEI semakin ditambah. Sebab, secara tidak langsung Desa Devisa sebagai merupakan jembatan produk lokal untuk menjadi kunci pertumbuhan ekonomi Jatim, bahkan nasional.

“Ini ikhtiar kita bersama dalam mendukung agar bisa tercapai perluasan market dan peningkatan daya saing dari produk-produk UKM dan IKM kita hingga ke pasar global,” ucapnya.

Sementara itu, Direktur Pelaksana Bidang Hubungan Kelembagaan LPEI, Chesna F Anwar menyampaikan bahwa peluncuran desa devisa ini merupakan kegiatan pemerintah dalam mengembangkan UMKM agar bisa menembus pasar ekspor.

“Tujuan desa devisa adalah mengembangkan UMKM agar bisa tembus ekspor. Program kolaborasi hingga bulan September 2022 yang sudah kami laksanakan yaitu pelatihan pada 604 peserta dan menghasilkan 50 eksportir baru,” urainya. (Ibn/Jun).