, (Ronggo.id) – Tim Airlangga Assesment Center (AAC) Universitas Airlangga () membeberkan sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya kendala teknis saat proses koreksi ujian perangkat di .

Perwakilan AAC Unair, Nurul Hartini mengungkapkan, jika dinamika di lapangan ternyata jauh berbeda dengan yang sudah disepakati, diantaranya jika disepakati proses koreksi menggunakan sistem scanning, maka scanner seharusnya tidak berada di ruang yang betul-betul terbuka.

“Disemua assesment, kalau yang namanya sistem skoring itu memang tidak boleh di tempat yang sangat terbuka,” ungkap Nurul dalam forum rapat di Kantor Dinsos, P3A serta Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Jumat (11/8/2023).

Sebab, kata Nurul, petugas yang bekerja harus fokus dan tidak boleh mendapatkan banyak tekanan yang memberikan pressure. Situasi yang terjadi justru berbanding terbalik dengan yang diharapkan.

“Sementara yang bekerja mendapatkan banyak tekanan, sehingga kami mohon maaf jika kemudian mungkin ada error,” katanya.

Terkait nilai peserta yang berubah sebelum dituangkan dalam berita acara, ujar Nurul, lantaran nilai materi ujian tulis dengan praktek komputer keduanya belum dijumlahkan.

“Kemarin hampir di semua desa itu belum final nilainya, karena nilai praktek komputer ini belum ikut terjumlahkan. Sehingga ketika ada proses penambahan nilai praktek komputer, maka nilai totalnya berubah,” ujarnya.

Sementara itu, Perwakilan AAC Unair yang lain, Faried memaparkan, bahwa scanning dan skoring adalah 2 proses yang berbeda. Proses scanning sendiri merupakan proses untuk memindahkan data atau mengcopy dalam hal ini bundaran di LJK ke dalam suatu basis data.

Usai discan, dilanjutkan dengan proses skoring, yaitu dari data yang disimpan akan dicek apakah benar atau salah berdasarkan kunci jawaban.

“Kenapa prosesnya lama, karena kami membuat sampai 6 jenis soal, 3 untuk non Sekdes dan 3 untuk Sekdes. Sehingga proses koreksi maupun scanning harus perlowongan dan perdesa. Itu yang membikin lama,” jelentrehnya.

Faried mengemukakan, jika proses error bisa terjadi saat kombinasi data. Kendala yang sering ditemui ialah salah dalam melakukan proses copy, seperti koreksi Jamprong, .

Lebih lanjut, ia menyebut bahwa saat itu terdapat kesalahan dalam mengcopy nilai praktek komputer yang akan dijumlahkan dengan nilai ujian tulis.

“Yang terjadi kemarin, yang sudah saya tanyakan kepada operator adalah kesalahan dalam mengcopy, sehingga ketika dijumlah untuk tahap nilainya masih salah karena nilai komputer belum urut. Kemudian hal ini disadari dan dilakukan perbaikan, baru hasilnya ditampilkan ulang,” tandasnya.

Diketahui, terdapat 5 materi soal yang diujikan dalam seleksi perangkat desa serentak di Kabupaten Tuban yang digelar pada Rabu (9/8) lalu, mencakup materi Pengetahuan Pemerintahan, Agama, Bahasa , Pengetahuan Umum, dan Pengetahuan Komputer. Kemudian Praktek Komputer berbentuk multipale choice. (Ibn/Jun).