RONGGO.ID – KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha mengungkap jika dirinya senang dengan mazhab Ahlussunnah wal Jamaah. Sebab mazhab itu bisa diterima secara luas dikalangan masyarakat, karena dinilai mudah dan tidak mempersulit umat.
Gus Baha juga mengharapkan agar seluruh kaum muslimin turut senang dan mengikuti apa yang ada di mazhab Ahlussunnah wal Jamaah lantaran mudah dicerna.
“Saya minta semuanya meniru apa yang dilakukan Habib Husein dan Habib Ali. Pokoknya senang mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah karena mazhab yang mudah dicerna, ciri utama kebenaran itu mudah dipahami,” ungkap Gus Baha.
Pakar Al-Quran dan Tafsir ini menjelaskan alasannya senang dengan mazhab Ahlussunnah wal Jamaah ialah, karena ajaran tersebut menjadikan setiap hamba lebih dimudahkan menuju pintu masuknya surga karena amalannya terdapat karunia dari Allah SWT.
“Ketika Ahlussunnah berpendapat masuk surga karena rahmat Allah itu mudah dipahami. Tidak sulit, semua tergantung Allah. Tidak perlu mengkafirkan orang lain,” kata Rais Syuriyah PBNU itu.
Ulama kelahiran Rembang 1970 ini memberi contoh, jika Nabi Muhammad SAW memiliki konsep tauhid atau satu Tuhan. Awalnya orang Arab banyak yang menganggap hal itu janggal. Nabi kemudian menjelaskan dengan model bertanya, jika ada pembantu punya satu majikan dan punya banyak majikan itu enak yang mana?.
“Saat itu, orang Arab menjawab enak punya satu majikan, perintahnya tidak banyak, kata orang yang menentang. Lalu Nabi bilang, begitu juga dengan Tuhan. Nabi mudah menjelaskan konsep ini dengan logika yang sederhana,” ungkap santrinya almarhum KH Maimun Zubair ini.
Gus Baha juga menjelaskan tentang ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah yang mencintai Nabi Muhammad serta keluarga dan sahabatnya.
“Logikanya sederhana, Nabi itu baik, yang menemaninya juga baik. Istrinya baik, anaknya baik, dan menantu juga baik. Teman duduk juga orang baik. Kalau ada mazhab yang sulit, maka dipertanyakan kebenarannya,” imbuh Gus Baha.
Dikatakan, alasan Ahlussunnah memiliki konsep mudah dicerna karena meniru sikap Nabi Muhammad yang berpandangan luas bahwa rahmat Allah tidak terbatas meskipun umatnya ada yang nakal.
“Allah sangat mudah memaafkan dan menghapus semua dosa seseorang dan Nabi pun memiliki konsep syafa’at dan Rahmatan lil Alamin,” pungkasnya.