TUBAN, (Ronggo.id) Gara-gara diuber rentenir hingga Pinjol, ibu-ibu di Tuban nekat jual ginjal untuk menutup hutangnya.

Ibu-ibu berinisial EE (49), warga Kelurahan Latsari, Kecamatan/Kabupaten Tuban ini harus menelan pil pahit setelah banyak keluar masuk orang tidak dikenal ke rumahnya untuk menagih hutang yang dipinjam oleh anaknya.

Sambil membentangkan spanduk bertuliskan “Dijual Ginjal” disertai nomor telefon, EE menawarkan ginjalnya sendiri di Jl. Basuki Rahmad, tepatnya di sekitar perempatan Pemuda , Senin (21/11/2022).

EE mengaku terpaksa menawarkan organ tubuhnya karena sudah tidak punya cara lain untuk melunasi hutang-hutang anaknya yang sudah mencapai ratusan juta.

“Saya bingung dan takut, karena setiap hari ditagih hutang, mulai tetangga, bank hingga rentenir,” kata EE sambil menangis.

Konselor Rumah Perlindungan Sosial (RPS) Dinas Sosial P3A dan PMD Tuban, Anna Zubaidah saat memberikan arahan dan motivasi kepada EE di kantor dinas setempat, (Foto: M Agus).

Perempuan 3 orang anak itu menyebutkan, total hutang saat ini lebih dari 150 juta dan baru diketahui olehnya sejak 6 bulan terakhir. Selain bank, sejumlah perhiasan milik tetangganya juga turut dipinjam lalu digadaikan.

“Sepeda ada yang digadaikan, kalung hingga gelang milik tetangga juga digadaikan. Bahkan uang keponakan dari hasil jual tanah sekitar 42 juta juga habis entah dibuat apa,” ungkapnya.

Disinggung berapa ginjalnya mau dijual, EE mengatakan setidaknya bisa mengurangi hutang sehingga tidak terus dihantui rasa takut dan bisa hidup sedikit lebih tenang dengan tidak didatangi oleh penagih hutang, meskipun harus kehilangan salah satu organ tubuhnya.

“Yang penting laku, dan bisa mengurangi hutang anak saya, karena mau jual rumah belum juga laku. Setiap hari saya bingung dan takut diuber rentenir. Apalagi kalau menagih sering mengancam dan mengeluarkan kata-kata kasar,” ucapnya.

Menanggapi kondisi yang dialami EE, Konselor Rumah Perlindungan Sosial (RPS) Dinas Sosial P3A dan PMD Tuban, Anna Zubaidah menjelaskan, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan stakeholder terkait, termasuk dengan lembaga kesehatan dan lembaga sosial yang ada di untuk membantu mencarikan solusi.

“Kita akan bantu cari penyelesaian, yang jelas ini bukan permasalahan yang mudah, mungkin diluaran sana banyak kasus seperti ini. Terlebih ini jumlahnya cukup fantastis, tentu tidak langsung mendapat bantuan yang sifatnya langsung bisa melunasi hutang,” tuturnya.

Sementara ini, kata Anna Zubaidah, pihaknya menghimbau kepada yang EE, agar mengkomunikasikan dengan pihak bank atau yang dihutangi, tentunya dengan menyampaikan apa adanya sesuai dengan kondisi ekonomi.

“Komunikasikan baik-baik kalau belum bisa membayar lunas, misalnya ditempo. Yang penting saya berpesan yang bersangkutan tetap jaga kesehatan dan makanya tetap harus teratur,” tuturnya.

Perempuan berparas ayu nan ramah ini juga berpesan kepada masyarakat secara umum untuk berfikir matang-matang sebelum memutuskan berhutang dengan mengukur kemampuan, sehingga kelak tidak menjadi beban.

“Kepada masyarakat harus hati-hati saat meminjam uang dengan penyedia hutang yang illegal, karena akan jadi beban tersendiri. Disamping bunganya yang tinggi, cara menagihnya bersifat ancaman dan memalukan,” pungkasnya. (Ags/Jun).