, () – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tuban meradang, gara-gara tiga proyek miliaran rupiah milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tuban yang dijadwalkan selesai akhir tahun lalu kembali terancam molor.

Adalah Proyek Revitalisasi Rest Area, GOR dan Alun-alun Tuban. Ketiga proyek yang bersumber dari APBD 2022 itu hingga kini belum juga rampung. Padahal pihak kontraktor telah diberikan tambahan waktu 50 hari kerja, yaitu hingga tanggal 19 Februari 2023.

Ketua Komisi I , Fahmi Fikroni mengungkapkan, berdasarkan perkembangan yang disampaikan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman (PUPR PRKP) Tuban, bahwa progress proyek GOR kini baru mencapai sekitar 94 persen, Alun-alun Tuban 98 persen dan Revitalisasi Rest Area progressnya baru diangka 65 persen.

“Kami meragukan jika pihak kontraktor bakal menyelesaikan dengan sisa waktu yang hanya tinggal 4 hari lagi,” ungkap Roni panggilan karib Fahmi Fikroni usai Rapat Kerja bersama DPUPR PRKP dan Kontraktor yang berlangsung di ruang rapat Komisi I DPRD Tuban, Rabu (15/2/2023).

Kendati demikian, lanjut Roni, pihaknya tetap menunggu hingga batas waktu perpanjangan, sekaligus menghargai komitmen dari para kontraktor yang akan menyelesaikan pekerjaan.

“Dari awal kami meminta, ketika tidak mampu menyelesaikan, agar diblacklist,” imbuh politisi asal PKB itu.

Legislator yang berangkat dari Dapil 5 itu menyebut, adanya addendum hingga 2 kali menandakan bahwa perencanaan proyek memang tidak matang dan terkesan amburadul, apalagi dengan alasan pengukuran ulang.

“Kalau perencanaannya matang tidak mungkin akan seperti itu, pekerjaan selesai deadlinenya. Taruhlah akhir Desember selesai ya selesai, nggak ada addendum lagi addendum lagi,” ujarnya.

Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitemen (PPK) Dinas PUPR PRKP Tuban, Andi Setiawan membantah tudingan yang dilontarkan oleh Komisi I jika molornya proyek karena perencanaan yang buruk. Menurutnya banyak faktor yang mempengaruhi proyek-proyek tersebut molor.

“Dalam suatu perencanaan kadang ada selisih dilapangan, itu yang kita ukur. Jadi Saya kira itu (tudingan) tidak benar,” kilahnya.

Disisi lain, Projek Manajer CV Nabila Karya, Dwi Sulistyono, yang mengerjakan proyek Revitalisai Rest Area membeberkan, terdapat beberapa faktor sehingga proyek yang dikerjakan molor, seperti pembongkaran bangunan sebelumnya yang perlu kehati-hatian, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama.

“Misalnya Doom dibongkar tapi tidak boleh sampai cacat, bagaimana caranya, ditata dipotong-potong ditaruh ditruk kemudian dikeluarkan diinventaris. Kan lama waktunya, sampai dengan 15 Oktober kami mengerjakan itu,” bebernya. (Ibn/Jun).