– Dalam sepekan aksi tawuran perang sarung dan petasan yang terjadi di selama bulan Ramadan 1443 Hijriah kian merajalela. Hampir setiap hari aksi tersebut terjadi di berbagai wilayah seperti , Senori dan Tuban.

Maraknya perang sarung di Kabupaten Tuban yang dilakukan oleh sekelompok remaja biasanya terjadi saat menjelang waktu sahur. Mereka saling serang antar kelompok lain dengan menggunakan sarung sebagai senjata dan diawali dengan bunyi petasan sebagai simbol dimulainya aksi perang sarung.

Seperti halnya aksi perang sarung yang terjadi di Kecamatan Jatirogo pada minggu (03/04) hingga menimbulkan aksi tawuran saling serang menggunakan kaki dan tangan. Sehingga satu korban dilarikan ke rumah sakit karena tak sadarkan diri.

Tak hanya berhenti disitu, keesokan harinya sempat terjadi perang sarung di wilayah dalam beberapa hari. Jika dilihat dalam video yang beredar, terlihat sekelompok pemuda tak hanya lempar petasan dan perang sarung, namun juga melempar botol kaca ke jalanan.

, AKBP Darman mengungkapkan, tren perang sarung sudah ada sejak jaman dahulu bahkan menggunakan petasan “bumbung” yaitu petasan yang terbuat dari bambu yang diisi dengan karbit.

“Itu hanya main-main saja, termasuk yang sudah kita periksa di Jatirogo juga hanya main karena masih teman satu SMP,” ucap AKBP Darman, saat dikonfirmasi Rabu (13/04/2022) malam.

AKPB Darman sapaan akrabnya menjelaskan, jika peristiwa yang terjadi di Kecamatan Jatirogo, para remaja hanya bermain perang sarung yang bagian ujungnya diikat terlalu keras sehingga korban yang terkena lemparan tersebut mengalami luka dan tidak sadarkan diri.

“Tidak ada luka berat hanya luka memar saja, saat orang tua mereka kita panggil ternyata mereka saling kenal kerena tetangga dan satu sekolah,” ucapnya.

Saat ditanya bagian ujung sarung diberi batu, Kapolres Tuban menyampaikan tidak ada unsur benda lain. Bahkan pihaknya juga menepis peristiwa tersebut bukan tawuran melainkan hanya bermain.

“Sudah kami sampaikan kepada seluruh jajaran Polsek untuk melakukan patroli skala besar yang melibatkan Koramil dan yang ada di Kecamatan,” kata AKBP Darman.

Sementara itu, pada hari Rabu (13/04) pagi sekitar pukul 02.00 Wib beredar video perang sarung dan petasan yang terjadi di hingga berlanjut sampai pagi tadi kamis (14/04) sekitar pukul 01.00 Wib.

“Tradisi seperti itu kan harusnya bisa diganti yang positif, seperti ngaji di Alun-alun kan bisa, kayak di Jogja yang viral ngaji di Malioboro,” terangnya.

Pihaknya juga sudah memberikan perintah untuk selalu mengawasi tempat rawan yang jadi perkumpulan sekelompok pemuda, termasuk peristiwa di Kecamatan Senori dan di wilayah kota Tuban sudah bubar saat ada petugas Kepolisian. (Ibn/Jun).