TUBAN – Kenaikan harga kacang kedelai belakangan ini membuat pengrajin tahu tempe di Tuban, Jawa Timur harus memutar otak untuk tetap bertahan produksi dan tidak semakin merugi.
Demi menekan biaya operasional, tak sedikit dari mereka yang merumahkan tenaga kerjanya menyusul lonjakan harga bahan dasar tahu dan tempe yang mencapai 30 persen ini.
Seperti yang dialami Memed (43), sejak harga kedelai naik, ia terpaksa mengurangi jumlah pekerjanya, sedangkan kapasitas produksi yang semula dalam sehari menghabiskan 1,5 kwintal kedelai, kini menyusut menjadi 90 kilogram.
“Karena penghasilan mepet, makanya sengaja dikurangi 1 orang, kini tinggal 3 orang dan juga mengurangi produksi tempe,” tutur Memed saat ditemui ronggo.id di rumah produksinya di Desa Mandirejo, Kecamatan Merakurak Tuban, Senin (21/2/2022).
Memed yang sudah menekuni usaha lebih dari 15 tahun menambahkan, selama 2 minggu terakhir, ia membeli kedelai dengan harga yang cukup tinggi, yakni sebesar Rp 11.100, dari yang sebelumnya Rp 7.500 per kilogram.
Akibat kondisi tersebut, Memed mengaku sempat ikut menaikan harga jual tempe, namun karena tidak dibarengi dengan pengusaha lainya, omset yang ia dapatkan turun drastis. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar, ia mensiasati dengan memperkecil ukuran masing-masing tempe tanpa menaikan harga jual.
“Pernah harga tempe dinaikan, tapi yang lain nggak ikut naik, jadi pelanggan belinya ke yang lain, makanya sekarang ukuranya yang dikecilkan,” ungkapnya.
Disinggung terkait dengan mogok produksi, Memed mengungkapkan enggan untuk melakukan hal itu, karena tidak ada yang mengkoordinir lantaran di Tuban belum ada semacam paguyuban tahu tempe seperti daerah lain, sehingga percuma jika dilakukan seorang diri.
Pengusaha tempe asli pekalongan itu berharap, ditengah kondisi ekonomi yang masih sulit, pemerintah segera mengendalikan harga kedelai, agar produksi tahu dan tempe tetap dapat berjalan.
“Tentunya, jika harga tidak kembali normal, bisa saja nanti pengusaha tempe dan tahu gulung tikar,” pungkasnya.