Tuban ini kota tua. Dahulu, penakluk Mongolia adalah anak muda Tuban bernama Ranggalawe. Majapahit juga ditaklukkan oleh Ranggalawe. Lalu ada lagi yang bernama Sawunggaling, seorang anak muda Tuban paling jago tarung ayam. Tuban memang tanah tua, tanah yang dulu berasal dari tanah Kapitayan.
Pasukan Singosari menyerang Mongolia, mereka bersandarnya di Tuban. Tuban adalah penuh rahasia. Orang mengaji yang menjadi orang hebat ada di Tuban, orang yang suka teler juga ada di Tuban. Maka Tuban butuh antropologi hebat yang khusus meneliti perilaku kehidupan masyarakat Tuban.
Wali-wali besar ada di Tuban. Mbah Ibrahim Asmoroqondi ada di Tuban.
Saya pernah diperintahkan Sunan Bonang untuk datang di sebuah pulau di Malaysia untuk mendatangi petilasan gurunya Sunan Bonang. Ngajinya Sunan Bonang itu di Malaysia, Pulau Besar Malaka. Gurunya bernama Syekh Ismail (Sultan Arifin), yang tak lain adalah cucu keempatnya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
Sunan Giri juga belajar di situ. Maulana Ishaq Juga belajar di situ. Tanah di Giri itu sama dengan di pulau besar Malaka itu. Ada tautan ruhani antara Giri dan Pulau Besar Malaka.
Makamnya Syekh Ismail itu panjang sekali. Dulu pernah mau dibongkar pemerintah Malaysia karena dianggap makam seorang dukun. Ketika peralatan besar datang, malah tenggelam di laut. Posisi makam Syeh Ismail di Pulau Besar dekat dengan Selat Malaka.
Sunan Bonang membuat sesuatu yang paling fenomenal dalam sejarah yakni gamelan itu ketika ada di Tuban. Dari gamelan itu Sunan Bonang menemukan bunyi Nang, neng, nang, nong, nang, neng, nang, nong, dang, dang, gung. Yang artiya hidup itu kadang disana kadang disini, hidup itu kadang sedang beribadah kadang juga bermaksiat, makanya segera menuju Yang Agung (dangv dang, gung).
Saya pernah masuk di pedalaman Tubam. Ada Desa namanya Suwalan, bahkan masuk kepedalaman lagi yang sampai tidak tahu nama desanya. Disana masyarakatnya lebih suka menyembelih celeng dari pada sapi.
Ada seorang ilmuan besar bernama Danish Lombard, ketika meneliti Tuban, ia tidak sanggup. Hasil penelitiannya ditulis dalam buku “Silang Nusa Jawa, Silang Budaya”. Kenapa Danish Lombard menyerah? Karena Tuban itu sangat kompleks dan sangat rumit mengurainya.
Benarkah hari jadi Tuban hanya didasarkan pada saat Ranggalawe diangkat sebagai Adipati Tuban? Ranggalawe itu putranya Aryawiraraja. Aryawiraraja itu makamnya di Sumenep yang sebelumnya sudah menjadi raja di Lumajang. Sebelum Ranggalawe menjadi Adipati, Tuban sudah menjadi daerah kekuasaan, di zaman Kerajaan Singasari.
Kita lihat juga pemberangkatan pasukan Singosari melawan Mongolia dimulai dari sini (Tuban), yang dinamai Ekspedisi Pamalayu. Dimana Ekspedisi Pamalayu paling ditakuti oleh Mongolia Kapalnya dibuat di Tuban yang sanggup mengangkut 2500 tentara dan 1500 kuda dan saat itu siap untuk menabrak kapal mongolia.
Tuban yang sebelumnya Bumi Wilatikta berubah menjadi bumi para wali. Sunan Bonang, Sunan Kalijaga, Syekh Ibrohim Asmoroqondi, Sunan Geseng. Ada wali besar di Tuban. Tuban itu adalah miniatur Indonesia. Muncul istilah-istilah kebijaksanaan yang besar berawal dari Tuban. Sunan Bonang membuat istilah “Sangkan paraning dumadi”berawal dari Tuban yang akhirnya menghasilkan sebuah tembang besar bernama Macopat.
Maka masyarakat Tuban memiliki tanggung jawab besar di masa depan. Lihatlah Sunan Bonang yang telah mendidik banyak ulama besar. Ada yang bernama Khatib Dayat yang kemudian berdakwah di Kalimantan. Membangun balad-balad (daerah) di Kalimantan sampai menjadi kerajaan yang menyatukan semua perbedaan. Dari Tuban inilah, para wali membangun Nusantara menjadi wilayah, yakni daerah yang dikuasai para wali.
*Artikel ini pertama terbit di bangkit media