TUBAN, (Ronggo.id) – Dewan Pimpinan Wilayah Serikat Petani Indonesia (DPW SPI) Jawa Timur menyelenggarakan Pendidikan Agroekologi bagi petani muda anggota SPI di Kabupaten Tuban, yang akan berlangsung selama 3 hari, mulai 6 – 11 November 2022.
Kegiatan yang dilaksanakan di Sekretariat DPC SPI Tuban, Desa Senori, Kecamatan Merakurak itu diikuti sebanyak 20 peserta, berasal dari 5 Kecamatan, Merakurak, Kerek, Grabagan, Montong dan Jenu.
Ketua DPC SPI Tuban, Nurhadi mengatakan, pendidikan agroekologi bertujuan untuk melahirkan kader-kader petani muda yang punya kemampuan pertanian agroekologi demi terwujudnya Reforma Agraria dan Kawasan Daulat Pangan (KDP).
“Kedepan para kader diharapkan mampu mempraktikkan dan mengkonsolidasikan kepada para petani guna mendorong terbentuknya KDP di wilayahnya masing-masing,” kata Nurhadi, Rabu (9/11/2022).
Menurut Nurhadi, pendidikan agroekologi menjadi kebutuhan mendesak, mengingat sekarang ini pertanian konvensional telah melahirkan ketergantungan terhadap bahan-bahan kimia, mulai dari pupuk, pestisida, insektisida dan herbisida.
Dengan penggunaan bahan-bahan tersebut, ungkap Nurhadi, ongkos atau biaya produksi akan semakin membengkak, apalagi harganya terus mengalami kenaikan. Disamping itu, zat yang terkandung didalamnya dapat mengancam keberlangsungan mikroorganisme didalam tanah sehingga mempengaruhi kesuburan dan tumbuh kembang tanaman.
“Padahal disekitar kita banyak sekali bahan organik yang bisa dimanfaatkan, selain lebih murah, efektif, sehat, juga ramah lingkungan. Oleh sebab itu, belajar dan penerapan pertanian agroekologi menjadi solusi untuk mengatasi masalah tersebut,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Pusat Perbenihan Nasional (P2N) SPI, Kusnan selaku pemateri memaparkan, pertanian agroekologi sebagai suatu cara bertani yang menghargai, menjaga dan melindungi keberlangsungan alam.
Suatu praktek pertanian yang memandang alam sebagai kehidupan, dimana semua kebutuhan untuk bertani, bersumber dan dikembangkan dari kekayaan alam yang ada disekitar.
“Pertanian agroekologi bersumber dari tradisi pertanian keluarga yang menghargai, menjamin dan melindungi keberlanjutan alam untuk mewujudkan kembali budaya pertanian sebagai kehidupan,” terangnya.
Lebih lanjut, pria yang berhasil menemukan dan menangkarkan benih padi SPI20 itu menyebutkan, agroekologi diharapkan bisa memberikan keuntungan ekonomi, sosial bagi petani, dan konservasi lingkungan secara berkelanjutan.
Sistem pertanian agroekologi menjadi kunci dalam mewujudkan KDP, yaitu suatu konsep produksi pangan yang cukup, aman, sehat dan bergizi serta berkelanjutan dengan pemanfaatan semua sumber daya alam kawasan secara agroekologis dan terintegrasi oleh, dari, dan untuk petani.
“Nantinya, kader yang telah mengikuti pendidikan diharapkan memberikan pendidikan agroekologi dan penguatan kepada petani-petani sekitar,” pungkasnya.
Dalam pelaksanaan pendidikan agroekologi, selain teori, para peserta juga diminta mempraktikkan cara membuat berbagai kebutuhan pertanian dengan bahan yang berasal dari alam, seperti pupuk, serta obat-obatan pengendali hama dan penyakit. (Ibn/Jun).