Ronggo.id – Musim kemarau di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, nampaknya telah memasuki masa-masa puncak. Seperti yang disampaikan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tuban.
Menurut Kepala Stasiun BMKG Tuban, Rofiq Isa Mansyur, musim kemarau sudah terjadi sejak Juni 2020. Hal ini disebabkan, intensitas hujan berangsur-angsur mengecil atau berkurang, hingga batas hujan relatif kecil sampai akhir bulan Agustus.
“Untuk menuju kemarau, tidak serta merta hujannya habis, namun masih dalam kategori wajar,” ungkap Rofiq saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Senin, (31/08/2020).
Masih adanya hujan yang terjadi pada bulan Agustus dengan intensitas kecil ini disebabkan terjadinya anomali atau pertemuan dua massa udara akibat suhu muka laut disekitar Indonesia yang masih hangat, dan berdampak pada belokan angin, khususnya di Tuban.
“Sedangkan di bulan September 2020 ini cenderung kurang untuk kejadian hujannya akibat pertemuan di massa udara, sehingga cuaca didominasi cerah dan cerah berawan,” paparnya.
Adapun kekeringan sendiri sudah hampir terjadi di beberapa kecamatan. Antara lain Kecamatan Grabagan, Kecamatan Kerek, Montong bagian utara, Singgahan bagian utara, dan Bangilan timur laut.
Yang perlu diwaspadai ialah, udara yang kering dengan kelembaban rendah serta terjadinya angin kencang dapat menimbulkan kebakaran lahan dan hutan. Terlebih lagi, pada bulan Oktober mendatang akan memasuki suhu tertinggi di Jawa Timur.
“Diakhir Agustus ini akan terjadi peningkatan suhu udara, dan pada September – Oktober ini akan menjadi puncaknya kemarau di wilayah Tuban,” jelas Rofiq sapaan akrabnya.
Tidak hanya potensi terjadinya kebakaran, pria ramah ini juga menghimbau agar dimusim kemarau ini masyarakat tetap diminta waspada terhadap penyakit, terutama banyaknya debu-debu yang berterbangan, termasuk adanya wabah Covid-19 ini.
“Suhu tertinggi akan terjadi pada awal Oktober. Maka itu, pada puncak musim panas ini, masyarakat harus banyak-banyak minum air putih, agar tidak dehidrasi,” pungkasnya.