– Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax atau RON 92 dari Rp9000 menjadi Rp12.500 per liter sangat dirasakan oleh masyarakat.

Terbukti dengan banyaknya pengguna Pertamax berbondong-bondong beralih menggunakan Pertalite atau RON 90 yang masih dibanderol Rp7.650 per liter. Kondisi ini menjadikan Pertalite disejumlah SPBU di sulit didapatkan.

Seperti Suwarsono (37), warga Kecamatan yang kesehariannya berprofesi sebagai jasa ojek online. Ia mengaku bahwa sebelumya dirinya menggunakan Pertamax untuk operasional kendaraan roda duanya itu, namun karena harga naik, ia terpaksa beralih menggunakan Pertalite.

“Kalau dulu selalu isi Pertamax. Karena harganya naik, jadi pindah menggunakan Pertalite. Apalagi sekarang bulan puasa juga sepi orderan,” ucap Suwarno kepada , Kamis (7/4/2022).

Hal berbeda disampaikan Ilham Basuki (43), warga ini mengaku kaget saat hendak mengisi Pertamax di salah satu SPBU di jalan Pahlawan. Sebab, ia tidak tahu jika harganya RON 92 tersebut naik tinggi.

“Ya awalnya tidak tahu kalau harganya naik. Sudah terlanjur isi 150 ribu, tapi spidometernya masih sedikit. Untuk mensiasati itu, sekarang isi Pertalite saja yang jauh lebih murah,” terangnya.

Adanya kenaikan harga BBM yang dinilai cukup tinggi dan tanpa ada sosialisasi sebelumnya tersebut membuat dirinya dan rekan-rekan kerjanya resah. Mereka khawatir jika setelah adanya kenaikan RON 92 ini disusul langka dan naiknya harga BBM yang lain.

“Sekarang solar sudah langka, kemudian kemarin Pertalite juga sulit didapat. Makanya, saat ini saya selalu isi Pertalite full tangki. Khawatir kalau dalam waktu dekat semuanya langka atau harganya ikutan naik,” ungkap Ilham.

Dilain sisi, salah seorang pengelola SPBU di , Mufidun mengaku prihatin dengan kondisi ini. Sebab, adanya aturan yang diterapkan oleh Pemerintah tidak dibarengi sosialisasi dan dinilai tidak melihat kondisi lapangan.

“Seharusnya kalau ngasih peraturan itu mbok ya coba terjun dulu ke lapangan. Ya wajar kalau masyarakat kaget, pemerintah mengganti status non subsidi tanpa ada penjelasan terlebih dahulu,” jawab Mufidin melalui pesan singkat.

Sementara itu, Area Manager Communication dan CSR Jatimbalinus, Deden Mochamad Idhani tak menampik bahwa ada larangan bagi pengecer untuk membeli Pertalite dengan jumlah besar. Menanggapi kosongnya persediaan Pertalite yang sempat terjadi di beberapa . Ia menyebut panic buying atau membeli berlebihan sebagai salah satu faktornya.

“Yang menyebabkan SPBU cepat kosong karena panic buying, sementara mobil tangki sudah ada jadwalnya dan perlu pengaturan lagi,” beber Deden.

Terkait hal itu ia berpesan agar masyarakat tetap tenang dan melakukan pembelian dengan wajar tidak usah berlebihan. Khususnya di Tuban, stok BBM dipastikan aman mengingat berdekatan dengan Terminal Bahan Bakar Minyak ().

“Kami berharap jangan panic buying dan membeli BBM sesuai kebutuhan, kalau terus panik, maka SPBU cepat kosong, begitu diisi antrean panjang, karena masing-masing isi tangki kendaraan secara penuh,” pungkasnya. (Ibn/Said/Jun)

Dapatkan Berita Terupdate RONGGO ID di: