– Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ182 rute Jakarta – Pontianak, diperkirakan jatuh di perairan Pulau Laki, Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/21).

“Ya, (jatuh) dekat Pulau Laki,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi seperti dikutip detikcom.

Pesawat yang membawa 56 penumpang (termasuk tujuh anak-anak dan tiga bayi), serta enam awak itu, lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, pada pukul 14:36.

Empat menit kemudian, pada 14:40, pesawat yang diterbangkan oleh Kapten Afwan yang didampingi co-pilot Diego Mamahit ini, hilang kontak dengan menara pengawas penerbangan di Cengkareng.

Data situs penerbangan flightradar24 menunjukkan, pesawat jenis Boeing 737-500 ini sempat mencapai ketinggian 10.900 feet (sekitar 3,3 kilometer di atas daratan), dengan kecepatan 287 km/jam.

Pesawat tiba-tiba jatuh, kehilangan ketinggian, hingga mencapai level 250 feet hanya dalam tempo sekitar 20 detik.

Pesawat dengan registrasi PK-CLC ini dioperasikan Sriwijaya Air sejak 15 Mei 2012. Pesawat buatan pabrik Boeing di Renton, Seatle, ini kali terbang secara komersial pada akhir Mei 1994, dan dioperasikan oleh perusahaan penerbangan Continental Airlines.

Setelah 16 tahun bersama Continental, pesawat disewa United Airlines selama satu setengah tahun, sebelum akhirnya pindah tangan ke Sriwijaya Air.

Salah satu pesawat yang paling banyak terbang

Di tangan Sriwijaya, pesawat berumur 26 tahun itu termasuk paling banyak terbang. Catatan data flightradar24 menunjukkan, selama sebulan terakhir, pesawat ini rata-rata terbang dalam enam sampai tujuh flight setiap hari, dalam 10 jam hingga 12 jam penerbangan.

Selama ini, pesawat ramping dengan kapasitas tempat duduk hingga 130 penumpang itu, paling banyak melayani penerbangan jarak pendek (kurang dari dua jam) antara Jakarta – Pontianak – Pangkal Pinang.

Beberapa kali, pesawat juga terbang melayani rute jarak menengah (antara dua sampai empat jam), seperti ke Makassar, Manado, Sorong, dan Ternate.

Saat ini, masih ada beberapa perusahaan penerbangan yang mengoperasikan Boeing 737-500. Misalnya, Ukraina International Airlines (8 unit), Nova Airways, Sudan (10 unit), UTair, Rusia (30 unit), dan Ana Wings, Jepang (15 unit).

Perusahaan penerbangan besar seperti Air France dan Lufthansa juga masih memiliki Boeing 737-500 dalam armada, tapi umumnya telah memasuki masa phasing-out alias pensiun secara bertahap.

Boeing 737-500 (kerap disebut sebagai B735), merupakan generasi kedua keluarga Boeing 737, salah satu produk Boeing yang paling laris. Pesawat dengan banderol harga AS$31 juta (sekitar Rp450 miliar) ini dibuat setelah generasi B737-200, dan persis sebelum generasi Boeing 737-NG (next generation).

B735 merupakan pesawat generasi tertua yang kini dioperasikan Sriwijaya Air. Saat ini, Sriwijaya mengoperasikan 24 pesawat, enam di antara B735, 16 unit Boeing 737-800 NG plus dua unit B737-900 NG.

Dapatkan Berita Terupdate RONGGO ID di: