Ketika vaksin sudah siap dan pandemi berakhir, apa yang mungkin akan menjadi pelajaran utama bagi kemanusiaan? Dari sekian kemungkinan, salah satunya adalah bahwa kita perlu investasi lebih pada upaya untuk melindungi hidup manusia. Kita butuh lebih banyak rumah sakit, dokter, dan perawat. Kita butuh banyak persediaan alat bantu pernapasan, alat pelindung, dan peralatan uji coba. Kita perlu menganggarkan banyak uang untuk penelitian mengenai patogen-patogen aneh serta untuk pengembangan bentuk pelayanan yang baru. Kita tidak boleh lengah lagi.

Sebagian mungkin akan berpendapat bahwa hal tersebut adalah pelajaran yang keliru, dan bahwa krisis semestinya mengajarkan kita tentang kerendahhatian. Kita tidak seharusnya terlampau yakin akan kemampuan kita untuk menaklukkan kekuatan semesta. Kebanyakan pernyataan-pernyataan yang bertentangan semacam itu adalah sisa-sisa suara Abad Pertengahan yang mendakwahkan kerendahhatian sementara mengetahui 100% solusi yang paling tepat. Orang-orang fanatik tidak dapat membantu diri mereka sendiri—seorang pendeta yang memimpin studi Bibel mingguan untuk kabinet Donald berpendapat bahwa epidemi ini juga merupakan hukuman Tuhan untuk homoseksualitas. Akan tetapi, bahkan mereka yang paling loyal dengan tradisi hari ini lebih mempercayai daripada teks-teks suci.

Gereja Katolik memerintahkan jemaatnya untuk menjauh dari gereja. Israel menutup sinagog-sinagognya. Republik Iran menganjurkan rakyatnya untuk tidak mengunjungi masjid. Candi-candi dan semua sekte menunda seremoni keagamaan mereka. Dan semua disebabkan karena ilmuwan telah membuat perhitungan-perhitungan ilmiah dan merekomendasikan penutupan semua tempat suci tersebut.

Tentu tidak semua yang mengingatkan kita tentang bahaya kecongkakan di atas memimpikan untuk kembali ke Abad Pertengahan. Bahkan para ilmuwan juga sepakat bahwa kita semestinya bersikap realistis pada harapan-harapan yang kita bangun, dan bahwa kita tidak seharusnya menyandarkan kepercayaan buta pada kemampuan para dokter untuk melindungi kita dari beragam penyakit. Meskipun kekuatan kemanusiaan menjadi lebih kukuh, orang-orang secara individu masih harus menghadapi kenyataan akan kerapuhan mereka. Mungkin dalam satu atau dua abad ke depan ilmu pengetahuan akan mengembangkan kehidupan manusia tanpa batas, meskipun saat ini masih belum. Dengan kemungkinan pengecualian bagi bayi-bayi para miliarder yang masih dalam asuhan, kita semua akan mati pada saatnya nanti, dan kita akan kehilangan orang-orang yang kita cintai. Kita harus mengakui kefanaan kita.

Selama berabad-abad, orang-orang menggunakan agama sebagai mekanisme pertahanan, meyakini bahwa mereka akan hidup selamanya dalam kehidupan setelah kematian. Hari ini mereka beralih ke sains sebagai mekanisme pertahanan alternatif, mempercayai bahwa para dokter akan menyelamatkan mereka, dan bahwa mereka akan hidup selamanya di apartemen mereka. Kita memerlukan pendekatan yang seimbang di sini. Kita harus memberikan kepercayaan kepada ilmu pengetahuan untuk mengatasi epidemi, tapi kita juga tetap harus menanggung beban ketidakberdayaan saat berhadapan dengan keterbatasan dan kefanaan kita sendiri.

Krisis yang terjadi saat ini mungkin akan membuat banyak orang lebih sadar terhadap keterbatasan alamiah hidup dan pencapaian-pencapaian manusia. Meskipun demikian, peradaban modern kita mungkin sepenuhnya akan mengatakan yang sebaliknya. Setelah disadarkan akan kerapuhan mereka, manusia mungkin justru akan merespon dengan membangun benteng pertahanan yang lebih kuat lagi. Setelah krisis ini berakhir, saya tidak yakin kita akan melihat peningkatan anggaran yang signifikan pada jurusan-jurusan filsafat. Tapi saya berani bertaruh bahwa kita justru akan melihat peningkatan anggaran yang masif pada sekolah-sekolah kedokteran dan sistem kesehatan.

Dan mungkin itulah yang terbaik yang bisa kita harapkan sebagai manusia. Pemerintah bagaimanapun juga tidak begitu baik dalam berfilsafat. Sebab itu bukan wilayah mereka. Pemerintah harus benar-benar fokus pada pembangunan sistem kesehatan yang lebih baik. Terserah individu untuk berfilsafat secara lebih baik. Para dokter tidak dapat memecahkan teka-teki masa depan kehidupan kita. Tapi mereka dapat menyediakan kita lebih banyak waktu berlama-lama dengannya. Apa yang akan kita lakukan dengan waktu (penj: yang para dokter sediakan) adalah tergantung diri kita sendiri.

** Artikel ini terjemahkan di The Guardian dengan judul : ‘Will coronavirus change our attitudes to death? Quite the opposite’

Dapatkan Berita Terupdate RONGGO ID di: