– Warga Dusun Gowah, Jadi, Kecamatan , harus menempuh jarak 2 kilometer untuk mendapatkan air bersih. Lantaran sumur-sumur warga mengering sejak empat bulan terakhir akibat musim kemarau.

Warga Dusun Gowah Suci Wuryani (60) mengaku, untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, dirinya bersama anaknya terpaksa berjalan kaki  menuju tengah hutan jati sambil menggendong jeriken. Sebab, jalur menuju ke sumur tersebut tidak dapat dilalui kendaraan.

“Diatas kan sudah tidak ada air, jadi terpaksa mengambil dari sumur ini untuk kebutuhan minum, masak, dan mencuci,” ucapnya saat ditemui awak media, Senin, (21/09/2020).

Tidak hanya mengambil air untuk dibawa pulang kerumahnya, saat menuju ke sumur milik Perhutani tersebut, Suci yang ditemani anaknya itu juga membawa pakaian kotor untuk sekalian dicuci dilokasi.

Musim Kemarau, Warga di Tuban Tempuh Jarak 2 Kilometer dengan Jalan Kaki untuk Air Bersih
Warga berjalan kaki dua kilometer untuk menuju sumur untuk mendapatkan air bersih.

Ditempat yang sama, Winaryo, warga Desa Prunggahan Kulon, ini juga lebih memilih mencuci baju disumur tersebut daripada harus membeli air yang harganya relatif mahal, yakni antara Rp.150 hingga Rp.200 ribu pertangki.

“Biasanya empat hari sekali saya bersama anak kesini untuk mencuci baju. Daripada membeli air, kami memilih air disumur Gowah ini,” pungkasnya.

Informasi yang dihimpun oleh ronggo.id, dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah () Kabupaten , tercatat sebanyak 12 Desa dari 5 Kecamatan, di wilayah Kabupaten Tuban telah mengalami .

Masing-masing, Kecamatan Semanding, , Montong, Parengan, dan . Jumlah ini diprediksi akan terus bertambah, mengingat musim kemarau masih panjang, terlebih data dari tahun lalu, kekeringan tercatat melanda hingga 55 Desa.

Dapatkan Berita Terupdate RONGGO ID di: