Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi islam terbesar di Indonesia sudah melaksanakan momen Idul Adha, yaitu pada tanggal 28 Juni 2023. Namun, tidak demikian dengan organisasi lain, seperti Nahdlatul Ulama (NU).

Berkaca dari waktu sebelumnya, pelaksaaan Idul Fitri pada tahun 2023 dari kedua organisasi tersebut pun berbeda. Muhammadiyah melangsungkan salat id per 22 April, sedangkan NU sehari setelahnya.

Perbedaan tersebut disebabkan karena kedua organisasi menggunakan metode perhitungan hilal yang berbeda pula. NU menggunakan metode rukyatul hilal bil fi”il, sementara muhammadiyah berlandaskan metode hisab,

Lantas, bagaimana penjelasan dari kedua metode tersebut? NU meyakini jika rukyatul hilal lebih tepat digunakan untuk menentukan pelaksanaan solat id. Karena metode ini melihat dari perspektif fiqh, yang bersandarkan pada hadits Rasulullah hingga pendapat para ulama salafus shaalih.

Cara untuk menentukan waktu lebaran menggunakan metode rukyatul hilal dimulai dengan penempatan tim falakiah di berbagai titik di seluruh Indonesia. Hal ini bertujuan untuk memantau kemunculan hilal.

Untuk melihat rukyatul hilal terdapat tiga cara yaitu mengandalkan mata telanjang, menggunakan alat optik, bahkan penggunaan teleskop yang terhubung dengan sensor atau kamera. Jikalau hilal (bulan sabit) tidak terlihat, maka bulan Ramadhan berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.

Sementara itu, Muhammadiyah menggunakan metode hisab yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid. Adapun dasar penetapannya ialah hasil pemantauan hilal, ijtimak, atau konjungsi ke konjungsi, atau ijtimak ke ijtimak.

Lalu, ketika hari ijtimak, harus terjadi sebelum matahari terbenam. Saat pergantian bulan harus sesuai dengan pergantian hari. Selanjutnya waktu matahari terbenam, bulan masih di atas horizon atau di atas ufuk untuk memastikan matahari ada di sebelah barat bulan dan bulan di sebelah timur matahari.

Di Kabupaten sendiri, pelaksanaan salat Idul Adha 1444 Hijrian dilakukan di 47 titik yang tersebar di 17 kecamatan. Diantaranya ialah Kecamatan Palang, Tuban, Soko, Semanding, dan Bancar.

Di Kabupaten Tuban sendiri, pelaksanaan Salat Idul Adha tersebut berdasarkan hasil hisab yang dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Kemudian dituangkan dalam maklumat tentang penetapan dan penentuan hisab hakiki pelaksanaan Hari Raya Idul Adha 2023.

“Pelaksanaan salat Idul Adha dilakukan di 47 titik yang tersebar di 17 kecamatan. Terbanyak di Kecamatan Palang, yakni 13 titik. Kemudian di Kecamatan Tuban Kota, Soko, Semanding, dan Bancar, masing-masing ada 4 titik,” ungkap Edi Utomo dikutip dari Bloktuban.com.

Lebih lanjut Edi Utomo mengimbau kepada umat muslim khususnya warga Muhammadiyah di Tuban agar saling menghormati dan merayakan Idul Adha secara wajar. Menurutnya, perbedaan Idul Adha dengan pemerintah dan Nahdlatul Ulama (NU) merupakan salah satu rahmad yang harus dinikmati dan dirasakan sebagai anugerah dari Allah SWT.

“Mari kita laksanakan Idul Adha ini dengan baik, dengan benar, sesuai yang telah kita yakini dan marilah kita rayakan dengan wajar serta saling menghormati satu sama lain. Bahwa perbedaan ini adalah salah satu rahmat dan anugerah dari Allah SWT,” pungkasnya.

Dapatkan Berita Terupdate RONGGO ID di: