– Pupuk pertanian masih menjadi produk yang paling dicari oleh para petani, khususnya pada musim tanam. Akan tetapi, hal itu justru menjadi masalah tersendiri bagi masyarakat. Seperti yang terjadi di .

Diawal tahun 2022, kelangkaan pupuk ini membuat para petani cabai di Kecamatan Grabagan, Kabupaten Tuban pesimis. Hal ini didasari oleh sulitnya memperoleh tidak diimbangi dengan harga jual hasil panen yang petani dapatkan.

Kondisi ini membuat petani cabai, Winarto (33), warga Desa Grabagan, Kecamatan Grabagan ini mengaku kebingungan dalam mencari pupuk, khususnya jenis ZA. Padahal untuk menghindari gagal panen, tanaman mereka harus segera dipupuk.

“Beberapa kali ke kios dan tanya ke kelompok tani, tapi pupuknya tidak ada. Yang tersedia hanya pupuk Non Subsidi yang harganya lebih tinggi, yaitu diatas 200 ribu,” ungkap Winarto saat ditemui .id usai melihat hasil pertaniannya di ladang desa setempat, Selasa (24/1/2022).

Pria yang tergabung di kelompok tani Suka Makmur Desa Grabagan ini terpaksa melakukan perawatan seadanya dengan satu karung pupuk ZA dari jatah di tahun 2021 lalu. Selebihnya menggunkan sisa pupuk yang sebelumnya digunakan untuk pemupukan tanaman jagung.

“Untung masih ada jatah pupuk tahun lalu, tapi hanya 50 kg, itupun tidak cukup, jadinya dicampur dengan pupuk urea,” jelasnya.

Hal senada disampaikan oleh Siti Muasaroh (37), warga setempat. Menurutnya, sulitnya mendapatkan pupuk ini berdampak pada tanaman cabai miliknya. Sebab, tanaman cabai yang usianya sekiatar 1 bulan ini seharusnya sudah tumbuh besar harus mengalami keterlambatan akibat tidak ada asupan nutrisi dari pupuk.

“Karena pupuk ZA tidak ada ya tidak dipupuk. Makanya sekarang terlihat kurang sehat dan daunnya sudah agak menguning karena tidak ada pupuk,” keluh Muasaroh.

Lahan seluas setengah hektar yang dimilikinya ini sengaja dimanfaatkan untuk menanam cabai dengan harapan tidak sulit mendapatkan pupuk subsidi dan hasil panennya juga baik, sehingga hasil penjualan panen cabai bisa digunakan untuk memutar modal tanam pada musim berikutnya.

Sulitnya pupuk subsidi pemerintah ini bertolak belakang dengan maraknya pupuk non subsidi yang dijual bebas dipasaran. Kendati begitu, Maisaroh tidak lantas membeli pupuk diluar kelompok tani yang harganya lebih mahal. Ia khawatir jika nantinya harga jual cabai hasil panennya tidak sepadan dengan biaya perawatan.

“Belum tentu nantinya harga cabai mahal. Khawatir bela-belain beli yang non subsidi, tapi saat panen harganya murah. Semoga pemerintah tahu kondisi dibawah dan mempermudah kami dalam mencari pupuk subsidi untuk keberlangsungan hidup para petani,” pungkasnya.

Ikuti Berita dan Artikel terbaru Ronggo.id di GOOGLE NEWS